ohannesburg - Fans bola yang nonton langsung Piala Dunia punya risiko kerusakan permanen pada pendengaran mereka alias budek akibat terompet tradisional suporter Afrika terbuat dari tanduk yang diberi nama vuvuzela demikian hasil penelitian .
Suara keras dari tanduk plastik sama sekali tidak merdu dan suara yang dihasilkan lebih keras dari drum atau gergaji mesin, demikian menurut survei oleh produsen alat bantu dengar Phonak.
Dikatakan, tes telah menunjukkan suara yang dipancarkan oleh vuvuzela adalah setara dengan 127 desibel. Suara dari drum pada 122 desibel, sementara suara peluit wasit 121,8 desibel.
“Bunyi 85 desibel menempatkan kita pada risiko kehilangan pendengaran permanen-akibat kebisingan,” kata Phonak dalam pernyataan di kantor berita Sapa.
“Ketika dikenakan sampai 100 desibel atau lebih, kerusakan pendengaran dapat terjadi hanya dalam lima menit.”
Sementara menjadi favorit bagi para pendukung tim Afrika, pemain dari tim lawan kurang antusias.
Gelandang Spanyol Xabi Alonso telah usul pada FIFA meilarang vivizela karena menghambat konsentrasi pemain tapi bos FIFA Sepp Blatter membela dengan mengatakan bahwa terompet itu sebagai bagian dari budaya sepakbola Afrika Selatan.
Vuvuzela, Terompet Piala Dunia Picu Gangguan Pendengaran
Supporter Piala Dunia 2010 diperingati untuk melindungi pendengarannya dari Vuvuzela. Alat musik khas Afrika Selatan berupa terompet ini menghasilkan suara cukup memekakkan.
Vuvuzela menjadi suara ikonik Piala Dunia Afrika Selatan 2010. Tetapi, tetapi yayasan amal untuk kehilangan pendengaran di Inggris mengimbau penggemar sepak bola untuk melindungi telinga dari suara keras yang dihasilkan terompet berbahan plastik tersebut.
Royal National Institute for Deaf People (RNID) mengatakan, ada risiko tinnitus (telinga mendenging) temporer atau kerusakan pendengaran permanen yang ditimbulkan oleh Vuvuzela, yang sangat populer di kalangan pendukung tim sepak bola Afrika Selatan.
RNID menegaskan, dengan mendengar suara Vuvuzela tepat dari arah belakang, maka telinga Anda menahan beban lebih dari 125 desibel suara, yang berakibat menyakiti pendengaran. Nyatanya, suara Vuvuzela lebih keras dari gergaji atau mesin pemotong rumput yang menghasilkan 110 desibel suara dan sirene ambulans yang menghasilkan 120 desibel suara.
"Penggemar (sepak bola) sedang menghadapi risiko tinnitus atau secara permanen merusak pendengaran mereka jika mereka tidak mengatasi pengaruh kumulatif dari paparan terhadap volume keras Vuvuzela dan musik selama Piala Dunia," kata Angela King selaku spesialis Audiologi Senior RNID, seperti dikutip dari WebMD, Selasa (15/6/2010).
"Kebisingan lebih dari 85 desibel dapat menyebabkan kerusakan dari waktu ke waktu. Vuvuzelas menghasilkan tingkat (desibel suara) lebih dari lima kali dari suara yang berpotensi merusak telinga. Jadi kami mendesak para supporter untuk mengenakan penutup telinga selama menyaksikan pertandingan di dalam stadion, berpesta di pub, klub, dan festival (sepak bola)," tambahnya.
Penggunaan Vuvuzela di ajang Piala Dunia memang banyak menuai protes. Meski Vuvuzela dianggap bisa membuyarkan konsentasi pemain, pihak FIFA tidak akan melarangnya.
Alasannya, Vuvuzela adalah bagian dari tradisi Afrika Selatan. Meski demikian, FIFA akan melarang Vuvuzela dibunyikan ketika lagu kebangsaan dinyanyikan, juga di pusat perbelanjaan dan tempat lain yang bisa mengganggu ketenangan.
Karena itu, RNID memberikan rekomendasi di atas. Tujuannya, supporter tetap bisa menikmati pertandingan secara langsung sekaligus menjamin alat pendengaran tetap berfungsi baik.
Tingkat Kebisingan Suara Terompet Vuvuzela
Terompet Vuvuzela
Vuvuzela, terompet khas Afrika yang meramaikan setiap pertandingan di Piala Dunia 2010, terus dibicarakan. Bahkan, kehadiran vuvuzela sudah menjadi kontroversi sejak sebelum perhelatan akbar ini digelar.
Sebagian orang mengatakan bahwa suara vuvuzela sangat mengganggu suasana di stadion. Namun, sebagian lagi menganggap, tradisi lokal Afrika Selatan itu tidak boleh ditinggalkan.
Informasi terakhir, Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) akan mengambil keputuan penggunaan vuvuzela menjelang pertandingan pertama Grup G di putaran final Piala Dunia. Pelatih Pantai Gading Sven-Goran Eriksson Senin kemarin mengatakan, "FIFA telah mengadakan pertemuan - kita akan tahu itu nanti," katanya.
Kebisingan vuvuzela yang ditiup ribuan penonton dalam stadion bisa mencapai 144 desibel. Tingkat kebisingan yang luar biasa karena suara jet komersial saat lepas landas hanya 140 desibel.
Kebisingan vuvuzela juga sangat mengganggu pendengaran manusia, karena tingkat suara yang aman bagi manusia normal adalah 137 desibel. Meski demikian pesta vuvuzela jalan terus.
Berikut komparasi tingkat kebisingan suara:
- Vuvuzela 144 dB
- Tembakan atau petasan 140 dB
- Jet komersil 140 dB
- Konser rock 120 dB
- Klakson mobil 110 dB
- Mesin pemotong rumput 90 dB
- Kemacetan di jalan 80 dB
- Percakapan normal 60 dB
- Bisik-bisik 15 dB
- Diam atau hening 0 dB.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar