Resensi Sinopsis Novel Negeri 5 Menara

Bookmark and Share
Novel Negeri 5 menara
                               
1. Identitas Buku

Judul                          : Negeri 5 menara
Pengarang                 : A.fuadi
Penerbit                     : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit              : Tahun 2009
Jumlah halaman       : Xii + 423 halaman
Kota tempat terbit   : Jakarta/Fiksi
Kategori                     : Novel
Harga:                        Rp 50.000,00,_
Ukuran Novel           : 19,7 x 13,7 cm

2.  Kepengarangan
         
       Ahmad fuadi lahir di Bayur, kampung kecil di pinggir Danau Maninjau tahun 1972,tidak jauh dari kampung Buya Hamka.Fuadi merantau ke Jawa, mematuhi perintah ibunya untuk masuk ke sekolah agama. Di pondok modren Gontor dia bertemu Kiai dan Ustad yang diberi keikhlasan mengajarkan ilmu hidup dan akhirat. Gontor pula yang mengajarkan kepadanya” mantra ” sederhana yang sangat kuat , mad jadda wajjada, siapa yang bersungguh sunguh akan sukses. Lulus kuliah hubunga internasional, UNPAD, dia menjadi Wartawan majalah tempo. Kelas jurnalistik pertamanya dijalani dalam tugas-tugas reportase di bawah bimbingan para wartawan senior Tempo.
            Tahun 1999, dia mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah S-2 di school of Media and Publicc Affairis, George Washington University,USA. Merantau ke Washington DC bersama Yayi, istrinya-yang juga wartawan Tempo-adalah mimpi masa kecilnya yang menjadi kenyataan. Sambil kuliah, mereka menjadi koresponden Tempo dan wartawan Voice of Amerika (VOA). Berita bersejarah sejarah seperti tragedi 11 september dolaporkan mereka berdua langsung dari Pantagon, white House dab Capitol Hill. Tahun 2004, jendela dunia lain terbuka lagi ketika dia mendapatkan beasiswa Chevening Award untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter

            Seorang scholarship hunter, Fuadi selalu bersemangat melanjutkan sekolah dengan mencari beasiswa. Sampai sekarang, Fuadi telah mendapat 8 beasiswa untuk belajar di luar negri. Dia telah mendapatkan kesempatan tinggal dan belajar di Kanada,Singapura,Amerika serikat dan Inggris. Penyuka fotografi ini pernah menjadi Direktur Komunikasi The Nature Conservancy, sebuah NGO konservasi internasional. Kini, Fuadi sibuk menulis, jadi pembicaraan dan motivator,mulai menggarap film layar lebar negeri 5 menara serta membangun yayasan sosial untuk membantu  pendidikan orang yang tidak mampu-Komunitas Menara.
            Negeri 5 menara telah mendapat beberapa penghargaan,antara lain Nominasi Khatulistiwa Award 2010 dan Penulis dan Buku Fiksi Terfavorit 2010 versi Anugerah Pembaca indonesia

Twitter                          : @fuadi1 (pakai angka 1)
Facebook fanpage       : Negeri 5 Menara
Email                           : negeri5menara@yahoo.com
Email untuk mengundang: kontak@negeri5menara.com

3. Sinopsis

Judul Novel        :Negeri 5 Menara
Pengarang         : Karya A.Fuadi

          Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Alif dari kecil sudah bercita-cita ingin menjadi B.J Habibie, maka dari itu selepas tamat SMP Alif sudah berencana melanjutkan sekolah Ke SMU negeri di Padang yang akan memuluskan langkahnya untuk kuliah dijurusan yang sesuai. Namun, Amak menginginkan Alif jadi penerus Buya Hamka, membuat mimpi Alif kandas.
Alif diberi pilihan sekolah di sekolah agama atau mondok di pesantren. Sempat marah tapi akhirnya Alif ikhlas karena alif tidak ingin mengecewakan harapan orang tua khususnya ibu, alif pun menjalankan keinginan ibunya dan masuk pondok. Atas saran dari pamannya dikairo alif kecil pun memutuskan untuk melanjutkan sekolah di pondok yang ada di Jawa Timur : PONDOK MADANI. Walaupun awalnya amak berat dengan keputusan Alif yang memilih pondok di Jawa bukan yang ada di dekat rumah mereka dengan pertimbangan Alif belum pernah menginjak tanah diluar ranah minang , namun akhirnya ibunya merestui keinginan Alif itu.
Awalnya Alif setengah hati menjalani pendidikan dipondok karena dia harus merelakan cita-citanya yang ingin kuliah di ITB dan menjadi seperti Habibie. Namun kaliamat bahasa Arab yang didengar Alif dihari pertama di PM
(pondok madani )mampu mengubah pandangan alif tentang melanjutkan pendidikan di Pesantren sama baiknya dengan sekolah umum. " mantera" sakti yang diberikan kiai Rais (pimpinan pondok ) man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil. Dan Alif pun mulai menjalani hari-hari dipondok dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh.
            Di PM Alif berteman dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan si jenius Baso dari Gowa, Sulawesi. Ternyata kehidupan di PM tidak semudah dan sesantai menjalani sekolah biasa. Hari-hari Alif dipenuhi kegiatan hapalan Al-Qur'an, belajar siang-malam, harus belajar berbicara bahasa Arab dan Inggris di 6 Bulan pertama. Karena PM melarang keras murid-muridnya berbahasa Indonesia, PM mewajibkan semua murid berbahasa Arab dan Inggris. Belum lagi peraturan ketat yang diterapkan PM pada murid yang apabila melakukan sedikit saja kesalahan dan tidak taat peraturan yang berakhir pada hukuman yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya. Tahun-tahun pertama Alif dan ke 5 temannya begitu berat karena harus menyesuaikan diri dengan peraturan di PM.
Hal yang paling berat dijalani di PM adalah pada saat ujian, semua murid belajar 24 jam nonstop dan hanya beberapa menit tidur. Mereka benar-benar harus mempersiapkan mental dan fisik yang prima demi menjalani ujian lisan dan tulisan yang biasanya berjalan selama 15 hari. Namun disela rutinitas di PM yang super padat dan ketat. Alif dan ke 5 selalu menyempatkan diri untuk berkumpul dibawah menara mesjid , sambil menatap awan dan memikirkan cita-cita mereka kedepan.
            Ditahun kedua dan seterusnya kehidupan Alif dan rekan-rekannya lebih berwarna dan penuh pengalaman menarik. Di PM semua teman, guru, satpam, bahkan kakak kelas adalah keluarga yang harus saling tolong menolong dan membantu. Semua terasa begitu kompak dan bersahabat, sampai pada suatu hari yang tak terduga, Baso , teman alif yang paling pintar dan paling rajin memutuskan keluar dari PM karena permasalahan ekonomi dan keluarga.
Kepergian Baso, membangkitkan semangat Alif, Atang, Dulmajid, Raja dan Said untuk menamatkan PM dan menjadi orang sukses yang mampu mewujudkan cita-cita mereka menginjakkan kaki di benua Eropa dan Amerika. Kini semua mimpi kami berenamtelah menjadi nyata. Kami berenam telah  berada lima Negara yang berbeda, sesuai dengan lukisan dan imajinasi kita di awan. Aku (Alif) berada di Amerika, Raja di Eropa,  sementara Atang di Afrika, Baso berada di Asia, sedangkan Said dan Dulmajid sangat nasionalis mereka di Negara kesatuan Indonesia tercinta.  Di lima menara impian kami. Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Pendengar.
Man jadda wajadda, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil…

4. Bahasa Pengarang

          Gaya bahasa yang digunakan Pegarang dalam novel ini sangat menarik. Ringan, deskriptif, dan mengalir serta mampu memperkaya kosakata dan wawasan berbagai macam bahasa daerah. Di dalam novel ini terdapat bahasa daerah Maninjau, Medan, Sunda, dan Arab. Tidak tertinggal catatan kaki di bagian bawah yang menjelaskan arti dari kata tersebut. Ungkapan-ungkapan dan peribahasa juga terdapat dalam penulisannya, seperti “man jadda wajada” yang paling sering dicantumkan. “Siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil.” Ungkapan-ungkapan seperti ini sangat penting dalam sebuah novel karena mampu memberikan semacam trade mark yang membuat novel ini lebih terkenang di hati pembaca
5.     Kelebihan

Tema  :      

          Novel ini bertemakan tentang Perjuangan dan kesungguhan. Yang mana sangat menarik untuk dibaca. Apalagi oleh kaum remaja. berbagai kisah sederhana kehidupan di Pondok Madani, pesantren modern yang akhirnya menampung Alif di dalamnya. Suka, duka, persahabatan, dan pengajaran-pengajaran PM yang sederhana namun mengenal.       
           
            PM berbeda dengan sekolah agama lainnya karena di sini para murid dilatih untuk menjadi intelektual dan mampu menganalisa berbagai ilmu dari sudut pandang Islam. Sehari-harinya mereka wajib menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris. Jika melanggar, tidak mungkin tidak terlepas dari hukuman. PM sangat ketat dengan pengawasan dan kedisiplinannya Novel itu menggambarkan bagaimana kuatnya tekad dan semangat yang dimiliki murid-murid Pondok Madani yang berjuang keras untuk mendapat ilmu dan kesuksesan dalam pendidikannya.
           
             Selain itu, juga digambarkan bagaimana keikhlasan seorang guru untuk mendidik muridnya tanpa menerima gaji sepeserpun, keikhlasan seorang murid untuk mau dididik, keikhlasan seorang murid dalam berjuang menghadapi ujian-ujian dan keikhlasan seseorang menjadi pemimpin dan dipimpin. Semuanya merujuk pada satu kata yaitu IKHLAS.

Alur :

Maju-Mundur (campuran)                                                                                    
            Dimana tokoh utama (Alif Fikri) kilas balik dari ingatannya  akan masa silam ketika menimbah ilmu di Pondok Madani hingga membuahkan hasil yang menyenangkan dimasa kini. Sangat bagus dan menarik, sehingga membuat pembaca sulit menebak peristiwa yang terjadi selanjutnya. Dan juga bisa membuat pembaca penasaran serta mengundang antusias pembaca untuk membaca novel ini. Dan, berkesinambungan. Tidak terpecah berantakan. Disini, pengarang menggunakan alur sorot balik. Pembaca tidak akan bosan membaca kehidupan di pondok karena penulis menggunakan alur campuran. Ia memulai cerita dengan mengambil setting Alif yang sudah bekerja lalu mulai masuk ke dalam ingatan-ingatan Alif akan kehidupannya dulu di Pondok Madani. Setelah cukup panjang menceritakan tentang pondok, ia mulai beralih lagi ke kehidupan Alif masa sekarang.

Latar :
o   Waktu           : “Pagi yang aku tunggu selama ini telah tiba”
o   Tempat          : “Kami pun dipanggil ke ruang jasus untuk menerima hukuman atas keterlambatan kami selama 5 menit”
o   Suasana          : “Suasana mencekampun datang ketika Tyson tiba, dan kami juga menjadi agak sedikit gemetaran”

Penokohan / watak :

o Alif Fikri           : Tabah dan Sabar (“sabar, kita harus menghadapi hukuman  ini dengan sabar”)

o   Dulmajid        : Sumenep, Madura. Seorang pemain bulutangkis, rekan gotong terus masih ada waktu 5 menit” )

o   Raja Lubis   : Ia dari  Medan. Ia adalah anggota English Club dan seorang orator yang hebat. penghafal keras, gampang  bingung (“Aku tidak berani melihat anak perempuan, karena akan mengganggu hafal Al-qur’an” )
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                        o   Baso salahudin     : Dari Gowa, Sulawesi. Terkenal karena memori fotografis dan Bahasa Arab yang fasih. Ia meninggalkan Pondok  Madani saat kelas lima untuk menjaga neneknya dan  berusaha menghafal Al-Qur`an di kampung halamannya. Pintar dan pengertian (“ ayo ujian akan dilaksanakan 3 hari                                        lagi, kita harus belajar keras” )
                       
o   Atang Yunus        : Dari Bandung. Seorang yang mencintai seni dan teater pendiam, tidak berani aneh - aneh  (“ aku sangat tidak bilang kepada ketua jasus itu, karena aku takut di hukum                                                        lagi” )

o   Said Jufri              : Dari Surabaya. Ia sangat terobsesi dengan bodybuilding dan mengidolakan Arnold Schwarznegger.

o Ustad Salman         : Wali kelas Alif. Laki-laki muda bertubuh kurus bersuara lantang.

 o Amak                    : menjunjung tinggi nilai agama, tegas, baik.

 o Ayah/ Fikri Syafnir / Katik Parpatiah Nan Mudo  : sabar, baik, menjunjung tinggi nilai agama.

Pak Sikumbang, Pak Etek Muncak , Pak Etek Gindo Marajo, Pak Sutan, Ismail Hamzah , Burhan, Ustadz Salman , Kiai Amin Rais , Kak Iskandar Matrufi, Rajab Sujai / Tyson , Ustadz Torik , Raymond Jeffry / Randai , Ustadz Surur , Ustadz Faris , Ustadz Jamil , Ustadz Badil , Ustadz Karim , Kak Jalal , Amir Tsani , Pak Yunus , Kurdi, Ustadz Khalid , Shaliha , Sarah, Mbok Warsi , Zamzam.

Amanat :

            Secara umum, novel itu sangat bermanfaat untuk semua kalangan. Baik untuk remaja maupun orang dewasa, baik untuk pekerja maupun ibu rumah tangga, baik untuk pendidik dan yang pasti novel itu sangat bermanfaat untuk pelajar, mereka akan mendapatkan contoh-contoh positif yang dilakukan Alif dan teman-temannya untuk mencapai sukses dalam pendidikannya. Mereka akan tahu bagaimana cara menghadapi ujian-ujian akhir yang sangat berat. Mereka juga akan merasakan tekad dan semangat yang kuat yang ditunjukkan Alif dan teman-temannya dalam novel tersebut.
            Pengarang bisa menyampaikan amanatnya dengan jelas kepada sipembaca. Sehingga, pembaca terinspirasi dari sini dan bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. (“sesuatu yang dilakukan dengan sungguh sungguh dan tidak pernah putus asa sedikitpun, pasti akan membawa hasil yang sangat baik”).
            novel ini juga sangat perlu dibaca pelajar ataupun remaja-remaja yang ingin mendapat motivasi sekolah atau belajar agama di Pondok. Bahwa Pondok tidak hanya bagi mereka yang tidak mampu meneruskan sekolah ke jenjang selanjutnya, tetapi Pondok mendidik dan mencetak murid secara total untuk berkarya penuh totalitas di masyarakat. Cara penulis dalam menceritakan semangat perjuangan dan pantang menyerah 6 murid Pondok Madani juga patut di acungi jempol. Sebuah buku inspiratif yang sangat layak dibaca di waktu senggang.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           

 Sudut Pandang :

Pelaku utama Orang pertama (“Aku yang dulunya egois dan cepat marah, sekarang menjadi Alif yang bijaksana dan selalu berfikir panjang sebelum melakukan sesuatu”)

Gaya Bahasa  :

 Personifikasi (“Satu persatu kawan pun datang dari negeri 5 menara dan terkenanglah kembali masa kecil”)

6. Kelemahan 
Kelemahan dari Novel Negeri 5 Menara tidak terdapat gambar karena pada untuk memperjelas bagaimana bentuk si tokoh dalam novel ini.  Walaupun sebenarna jarang novel yang ada gambar para  tokoh tapi ada juga yang novel di berikan di kulit depan atau belakang novel gambar seperti novel surat kecil untuk tuhan dengan adanya gambar photo si tokoh Keke. Terkadang  apabila di teliti atau di bandingkan cerita Novel ini hampir sedikit mirip dengan Novel Laskar Pelangi. Cara menyampaian Novel awalnya kurang dimengerti karena pada bab 1 “Pesan dari masa silam” pembahasan novelnya langung saja masuk ke dalam topik pada saat Alif sudah berhasil mengapai ke suksesan.

7. Kesimpulan

Novel ini berjudul Negeri  5  Menara, karya A. Fuadi. Novel ini bertema tentang Perjuangan dan kesungguhan . Menceritakan tentang kisah 6 orang sahabat.

Kelebihan :

·        Kisah yang diceritakan sangat unik
·        Memberikan pencerahan kepada pembaca
·        Cerita mampu menyentuh hati pembaca
·        Cerita yang di jelaskan pada per sub-bab jelas

Kekurangan :

·        Nama – nama pelaku pada novel ini kurang jelas
·        Ceritanya ada yang putus ditengah jalan
·        Alur yang di gunakan campuran, sehingga cerita menjadi sedikit rumit
·        Seting tidak selalu eksplisit, sehingga pembaca menjadi agak bingung menerka tempatnya

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar