HALAMAN PENGESAHAN
Laporan karya wisata ini disetujui dan disyahkan oleh guru pembimbing sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mandiri Bahasa Indonesia SMP N 2 Jatilawang tahun pelajaran 2012 / 2013.
Hari :
Tanggal :
Tempat :
Wali Kelas Guru Pembimbing
Listyono Teguh Raharjo S.Ag Dra. Maria Marijani
NIP :19700721 199802 1001 NIP:196706142007012019
Mengetahui
Kepala Sekolah
Drs. H.M. Zainuddin Sahab, M.Pd
NIP : 1995 0976 198603 1005
MOTTO
1. Buku adalah jendela ilmu
2. Kejujuran adalah mata uang yang paling berharga
3. Disiplin adalah roh dari kecerdasan
4. Percaya diri adalah cara untuk meraih sukses
5. Pendidikan merupakan tiang kehidupan
6. Kesenangan yang berlebihan akan membawa kita kedalam kesedihan
7. Pendidikan merupakan suatu jalan menuju masa depan
8. Hargailah orang lain jika kamu ingin dihargai
9. Lihatlah dunia luar dengan membaca buku
10. Internet adalah jendela dunia
11. Penggunaan teknologi yang positif, pembawa masa depan bangsa
12. Setiap kesulitan adalah jalan menuju kemajuan
13. Manusia tanpa cita-cita bagaikan burung tak bersayap
14. Hargailah waktu karna setiap waktu ada kejadian yang harus kita kenang dan perbaiki
15. Baik dan buruknya perbuatan kita akan dinilai oleh masyarakat
16. Marilah kita berpikir tentang tujuan yang harus kita raih lalu meraihnya
17. Pikiran kita tidaklah seperti wadah yang butuh diisi tetapi bara api yang perlu dinyalakan
18. Tidak ada orang yang bisa membuat kita pintar kecuali diri kita sendiri
19. Terlalu lama berfikir-fikir untuk memulai, sering kali berakhir dengan tidak melakukan apapun
20. Rahasia kecerdasan bukan terletak pada mempelajari apa yang disenangi, tetapi pada menyenangi apa yang sedang dipelajari
21. Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda
22. Sipesimis menemukan kesulitan disetiap kesempatan, sioptimis menemukan kesempatan disetiap kesulitan
23. Sukses adalah proses memenangkan dan mengumpulkan keberhasilan-keberhasilan kecil
24. Jika anda ingin berhasil, sebaiknya anda membuka jalur baru daripada melewati jalur lama untuk menuju keberhasilan
25. Uang tidak pernah menghasilkan ide, idelah yang menghasilkan uang
26. Setiap orang pasti akn dimintai pertanggung jawaban atas perbuatan yang dilakukan
27. Jadilah mutiara dilautan dimana orang-orang mencari dan jangan jadilah sampah, sampah dijalanan dimana orang-orang membenci
PERSEMBAHAN
Laporan karya wisata ini kami persembahkan kepada :
1. Kepala SMP N 2 Jatilawang
2. Wakil Kepala SMP N 2 Jatilawang
3. Orang tua kami
4. Wali kelas VIII G
5. Guru pendamping saat pelaksanaan karya wisata
6. Bapak dan ibu guru SMP N 2 Jatilawang
7. Staff karyawan SMP N 2 Jatilawang
8. Kakak-kakak kelas IX
9. Adik-adik kelas VII
10. Para pembaca yang budiman
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita. Sehingga kami dapat menyusun laporan hasil karya wisata ini.
Penyusunan laporan ini bertujuan untuk proses belajar mengajar bagi siswa sebagai tugas mandiri mata pelajaran Bahasa Indonesia, menambah wawasan dan bisa bekerja sama dengan kelompok dalam membuat karya wisata ini. Hasil laporan karya wisata ini disusun berdasarkan data-data yang diperoleh selama berwisata ke Jakarta.
Dalam menyusun hasil karya wisata ini, tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. H.M. Zainuddin Sahab, M.Pd, selaku Kepala SMP N 2 Jatilawang
2. Bapak Listyono Teguh Raharjo S.Ag, selaku wali kelas VIII G
3. Dra. Maria Marijani, selaku guru pembimbing
4. Bapak dan ibu guru beserta staff karyawan SMP N 2 Jatilawang
5. Orang tua yang telah membantu memberikan dorongan bagi kami untuk terus maju dan berkembang
6. Kakak-kakak kelas IX
7. Adik-adik kelas VII
8. Semua pihak yang telah membantu
Jatilawang, 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
MOTTO
PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan
C. Ruang Lingkup
D. Sistematika Laporan
BAB II ISI
A. Monumen Nasional (MONAS)
B. Sejarah Monas
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karya wisata ini diadakan berdasarkan program sekolah dari OSIS, melalui musyawarah guru, sekolah dan OSIS menawarkan objek wisata ke Jakarta I dan Jakarta II. Tetapi setelah melalui musyawarah wali murid, diputuskan untuk melaksanakan karya wisata ke Jakarta II. Dasar pelaksanaan karya wisata ini merupakan salah satu tugas mandiri Bahasa Indonesia dan untuk melatih dalam membuat laporan secara tertulis.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk proses belajar mengajar bagi siswa
2. Untuk memenuhi tugas mandiri Bahasa Indonesia
3. Sebagai bahan laporan karya wisata ke Jakarta
4. Melengkapi bahan referensi bacaan bagi pembaca
C. Ruang Lingkup
Laporan ini menyangkut ruang lingkup SMP N 2 Jatilawang terutama wajib diikuti oleh siswa kelas VIII. Tempat yang menjadi pilihan objek wisata adalah Jakarta II. Objek wisata yang dikunjungi adalah TMII, MONAS, GSA, DUFAN, Museum Listrik, dan Pantai Marina. Tetapi objek wisata yang wajib dijadikan salah satu dasar laporan ini adalah MONAS.
D. Sistematika Penulisan
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
MOTTO
PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan
C. Ruang Lingkup
D. Sistematika Laporan
BAB II ISI
A. Monumen Nasional (MONAS)
B. Sejarah Monas
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
A. MONAS (Monumen Nasional)
Monumen Nasional atau yang populer disebut Monas atau Tugu Monas adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 dibawah perintah presiden Soekarno, dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Tugu ini dimahkotai lidah api yang menyala-nyala. Monumen Nasional terletak tepat ditengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Monumen dan museum ini buka setiap hari mulai pukul 08.00 – 15.00 WIB. Pada hari senin pekan terakhir setiap bulannya ditutup untuk umum.
B. Sejarah Monas
Setelah pusat pemerintahan Republik Indonesia kembali ke Jakarta setelah sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta pada tahun 1950 menyusul pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1949. Presiden Soekarno mulai memikirkan pembangunan sebuah monumen nasional yang setara dengan Menara Eiffel di lapangan tepat didepan Istana Merdeka. Pembangunan tugu monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat patriotisme generasi saat ini dan mendatang.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 sebuah komite nasional dibentuk dan diadakan sayembara perancangan monumen nasional yang digelarpada tahun 1955. Terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat oleh Frederich Silaban yang memenuhi kriteria yang ditentukan komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara kedua digelar pada tahun 1960 tetapi sama sekali tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria. Ketua juri kemudian meminta Silaban untuk menunjukkan rancangannya kepada Soekarno. Akan tetapi Soekarno kurang menyukai rancangan itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk lingga dan yoni. Silaban kemudian diminta merancang dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih kondisi ekonomi saat itu cukup buruk. Silaban menolak rancangan bangunan yang lebih kecil, dan menyarankan pembangunan ditunda hingga ekonomi Indonesia membaik. Soekarno kemudian meminta arsitek R.M. Soedarsono untuk melanjutkan rancangan itu. Soedarsono memasukkan angka 17, 8,dan 45, melambangkan 17 Agustus 1945 memulai proklamasi kemerdekaan Indonesia, kedalam rancangan monumen itu. Tugu Peringatan Nasional ini kemudian dibangun di areal seluas 80 hektar. Tugu ini diarsiteki oleh Frederich Silaban dan R.M. Soedarsono, mulai dibangun 17 Agustus 1961.
a. Pembangunan
Pembanguna terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama, kurun 1961/1962 – 1964/1965 dimulai dengan dimulainya secara resmi pembangunan pada tanggal 17 Agustus 1961 dengan Soekarno secara ceremonial menancapkan pasak beton pertama. Total 284 pasak beton digunakan sebagai pondasi bangunan. Sebanyak 360 pasak bumi ditanamkan untuk pondasi museum sejarah nasional. Keseluruhan pemancangan pondasi rampung pada bulan Maret 1962. Dinding museum didasar bangunan selesai pada bulan Oktober. Pembangunan Obelisk kemudian dimulai dan akhirnya selesai pada bulan Agustus 1963. Pembangunan tahap kedua berlangsung pada kurun 1966 hingga 1968 akibat terjadinya Gerakan 30 September (G30S/PKI) dan upaya kudeta, tahap ini sempat tertunda. Tahap akhir berlangsung pada tahun 1969 – 1976 dengan menambahkan diorama pada museum sejarah. Meskipun pembangunan telah rampung, masalah masih saja terjadi antara lain kebocoran air yang menggenangi museum. Monumen secara resmi dibuka untuk umum dan diresmikan pada tanggal 12 Juli 1975 oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto. Lokasi pembangunan monumen ini dikenal dengan nama Medan Merdeka. Lapangan monas mengalami lima kali pergantian nama yaitu Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas. Disekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat untuk berolahraga. Pada hari-hari libur Medan Merdeka dipenuhi pengunjung yang berekreasi menikmati pemandangan Tugu Monas dan melakukan berbagai aktivitas dalam taman.
b. Rancangan Bangunan Monumen
Rancangan bangunan tugu monas berdasarkan pada konsep pasangan universal abadi (Lingga dan Yoni). Tugu Obelisk yang menjulang tinggi adalah Lingga yang melambangkan laki-laki, elemen maskulin yang bersifat aktif dan positif, serta melambangkan siang hari. Sementara cawan landasan Obelisk adalah Yoni yang melambangkan perempuan, elemen yang feminin yang pasif dan negatif, serta melambangkan malam hari. Lingga dan Yoni merupakan lambang kesuburan dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi sedari masa prasejarah Indonesia. Selain itu, bentuk Tugu Monas juga dapat ditafsirkan sebagai sepasang “alu” dan “lesung”, alat penumbuk padi yang didapati dalam setiap rumah tangga petani tradisional Indonesia. Dengan demikian rancangan bangunan monas penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia. Monumen terdiri atas 177,7 meter Obelisk diatas landasan persegi setinggi 17 meter, pelataran cawan. Monumen ini dilapisi dengan marmer Italia.
Kolam di Taman Medan Merdeka Utara berukuran 25 x 25 meter dirancang sebagai bagian dari sistem pendingin udara sekaligus mempercantik penampilan Taman Monas. Didekatnya terdapat kolam air mancur dan patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggangi kudanya, terbuat dari perunggu seberat 8 ton. Patung itu dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberiato sebagai sumbangan oleh konsulat Jenderal Honores, Dr. Mario Bross di Indonesia. Pintu masuk Monas terdapat di taman Medan Merdeka Utara dekat patung Pangeran Diponegoro. Pintu masuk melalui terowongan yang berada 3m dibawah taman dan jalan silang Monas inilah pintu masuk pengunjung menuju Monas. Loket tiket berada di ujung terowongan. Ketika pengunjung naik kembali ke permukaan tanah disisi utara Monas, pengunjung dapat melanjutkan berkeliling melihat relief sejarah perjuangan Indonesia : masuk kedalam museum sejarah nasional melalui pintu disudut timur laut, atau langsung naik ketengah menuju ruang kemerdekaan atau lift menuju pelataran puncak monumen.
c. Relief Sejarah Indonesia
Pada halaman luar mengelilingi Monumen, pada tiap sudutnya terdapat relief timbul yang menggambarkan sejarah Indonesia. Relief ini bermula disudut timur laut dengan mengabadikan kejayaan Nusantara pada masa lampau : menampilkan sejarah Singosari dan Majapahit. Relief ini berlanjut secara kronologis searah jarum jam menuju sudut tenggara, barat daya, dan barat laut. Secara kronologis menggambarkan masa penjajahan Belanda, perlawanan rakyat Indonesia dan pahlawan-pahlawan Nasional Indonesia, terbentuknya organisasi modern yang memperjuangkan Indonesia Merdeka pada awal abad ke-20, sumpah pemuda, pendudukan Jepang, dan perang Dunia II. Proklamasi kemerdekaan Indonesia disusul revolusi dan Perang Kemerdekaan Republik Indonesia, hingga mencapai masa pembangunan Indonesia modern. Relief dan patung-patung ini dibuat dari semen dengan kerangka pipa atau logam, sayang sekali beberapa patung dan arca mulai rontok dan rusak akibat hujan dan cuaca tropis.
d. Museum Sejarah Nasional
Dibagian dasar monumen pada kedalaman 3 meter dibawah permukaan tanah, terdapat Museum sejarah Nasional Indonesia. Ruang besar museum sejarah perjuangan nasional dengan luas 80 x 80 meter, dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang. Ruang besar berlapis marmer ini terdapat 48 diorama pada keempat sisinya dan 3 diorama ditengah, sehingga menjadi total 51 diorama. Diorama ini menampilkan sejarah Indonesia sejak masa prasejarah hingga masa Orde Baru. Diorama ini dimulai dari sudut timur laut bergerak searah jarum jam menelusuri perjalanan sejarah indonesia : mulai masa prasejarah, masa kemaharajaan kuno sriwijaya dan majapahit, disusul masa penjajahan masa Eropa yang disusul perlawanan para pahlawan nasional pra kemerdekaan melawan VOC dan pemerintah Hindia Belanda. Diorama berlangsung terus hingga masa pergerakan nasional Indonesia awal abad ke-20, pendudukan Jepang, perang kemerdekaan dan masa revolusi, hingga masa orde Baru pada masa pemerintahan Soeharto.
e. Ruang Kemerdekaan
Dibagian dalam cawan Monumen terdapat ruang kemerdekaan berbentuk Amphitheater. Ruangan ini dapat dicapai melalui tangga berputar dari pintu sisi utara dan selatan. Ruangan ini menyimpan simbol kenegaraan dan kemerdekaan Republik Indonesia. Diantaranya naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang disimpan dalam kotak kaca didalam pintu gerbang berlapis emas, lambang negara Indonesia, peta kepulauan negara kesatuan Republik Indonesia berlapis emas dan bendera merah putih, dan dinding yang bertulis naskah proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Didalam ruang kemerdekaan monumen Nasional ini digunakan sebagai ruang tenang untuk mengheningkan cipta dan bermeditasi mengenang hakikat kemerdekaan dan perjuangan bangsa Indonesia. Naskah asli proklamasi kemerdekaan Indonesia yang disimpan dalam kotak kaca didalam pintu gerbang berlapis emas. Pintu mekanis ini terbuat dari perunggu seberat 4 ton berlapis emas dihiasi ukiran bunga Wijaya Kusuma yang melambangkan keabadian, serta bunga teratai yang melambangkan kesucian. Pintu ini terletak pada dinding sisi barat tepat ditengah ruangan yang berlapis marmer hitam. Pintu ini dikenal dengan Gerbang Kemerdekaan yang secara mekanis akan membuka seraya memperdengarkan lagu “Padamu Negeri” diikuti kemudian oleh rekaman suara Ir. Soekarno tengah membacakan naskah proklamasi pada 17 Agustus 1945. Pada sisi selatan terdapat patung Garuda Pancasila, lambang negara Indonesia, lambang negara Indonesia terbuat dari perunggu seberat 3,5 ton dan berlapis emas. Pada sisi timur terdapat tulisan naskah proklamasi berhuruf perunggu, seharusnya sisi ini menampilkan bendera yang palin suci dan dimuliakan sang saka merah putih, yang aslinya dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Akan tetapi karena kondisinya sudah semakin tua dan rapuh, bendera suci ini tidak dipamerkan. Sisi utara dinding marmer hitam ini menampilkan kepulauan nusantara berlapis emas, melambangkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, semua itu sangat indah.
f. Pelataran Puncak dan Api Kemerdekaan
Sebuah elevator (lift) pada pintu sisi selatan akan membawa pengunjung menuju pelataran berukuran 11 x 11 meter di ketingggian 115 meter dari permukaan tanah. Lift ini berkapasitas 11 orang sekali angkat. Pelataran puncak ini dapat menampung sekitar 50 orang. Serta terdapat teropong untuk melihat panorama Jakarta lebih dekat. Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak Tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota Jakarta. Bila kondisi cuaca cerah tanpa asap kabut, diarah selatan terlihat kabupaten bogor, Jawa Barat. Arah utara membentang laut lepas dan pulau-pulau kecil.
Dipuncak monas terdapat cawan yang menopang nyala lampu perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 kg. Lidah api atau obor ini berukuran tinggi 14 m dan berdiameter 6 m terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Lidah api ini sebagai simbol semangat perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih kemerdekaan. Awalnya nyala api perunggu ini dilapisi lembaran emas seberat 35 kg, akan tetapi untuk menyambut perayaan setengah abad (50 tahun) kemerdekaan Indonesia pada tahun 1955, lembaran emas ini dilapisi ulang sehingga mencapai berat 50 kg lembaran emas. Puncak tugu berupa “Api Nan Tak Kunjung Padam” yang bermakna agar bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat yang menyala-nyala dalam berjuang dan tak pernah surut atau padam sepanjang masa. Peralatan cawan memberikan pemandangan bagi pengunjung dari ketinggian 17 m dari permukaan tanah. Peralatan cawan dapat dicapai melalui elevator ketika turun dari pelataran puncak, atau melalui tangga mencapai dasar cawan. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 m, sedangkan rentang tinggi antara ruang museum sejarah kedasar cawan adalah 8 m (3m dibawah tanah ditambah 5m tangga menuju dasar cawan). Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45 x 45 m, semuanya merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI (17-08-1945).
Sebanyak 38 kg emas pada obor Monas tersebut merupakan sumbangan dari Teuku Markam, seorang ‘Aceh’ yang pernah menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan hasil karya wisata ini. Jika masih jauh dari kesempurnaan, masih banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan bimbingan yang membangun semangat kami untuk memperbaiki laporan karya wisata ini. Dengan harapan semoga hasil laporan karya wisata bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya laporan ini.
A. Kesimpulan
Karya wisata banyak memberikan pengetahuan bagi para siswa. Wawasan para siswa menjadi bertambah. Apalagi pada saat di diorama kami banyak menjumpai berbagai penjelasan yang berhubungan dengan sejarah.
B. Saran
Banyak pengunjung atau wisatawan yang tidak memperhatikan kebersihan , mereka membuang sampah sembarangan tidak pada tempatnya, ini disebabkan karena kurangnya untuk menjaga kebersihan, dampaknya adalah tempat wisata dipenuhi sampah.
Selain itu, untuk adik-adik kelas VII dan kakak-kakak kelas IX banyak-banyaklah membaca buku sejarah agar dalam membuat laporan nanti, kalian semua tidak menemui kesulitan dan halangan apapun dan carilah buku pelajaran untuk menulis lagi.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar